BANGKA BARAT – Kolam retensi yang berada di Kampung Ulu, Kelurahan Tanjung dan Keranggan, Mentok ditinjau oleh Anggota DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Leviyan. Ia tak sendirian, akan tetapi didampingi oleh Anggota DPRD Bangka Barat, Deddi Wijaya.
Selain itu, kunjungan yang dilakukan pada Senin (3/2/2025) siang itu juga didampingi Kabid SDA dari Dinas PUPRPR Babel, Yuniar Irwansyah. Ketua RW Kampung Ulu, Replianto dan Ketua RT Agus Tono.
Saat dikonfirmasi, Leviyan mengatakan kunjungan ini dilakukan untuk melihat secara langsung kondisi kolam retensi ini. Terlebih, pada 29 November 2024 kemarin, salah satu dinding aliran sungai di bagian hilir kolam longsor dan sampai sekarang belum diperbaiki.
“Jadi kami hari ini berkolaborasi sama Pak Deddi Wijaya melihat langsung kolam ini. Kita juga koordinasi sama Dinas PUPRPR Babel agar mereka juga melihat kondisinya karena khawatir akan terjadi longsor lanjutan di bagian dinding alur sungai,” ujarnya.
Anggota Komisi III dari Fraksi Golkar itu bilang, peninjauan dilakukan juga untuk melihat kondisi kolam. Apakah mampu dalam mengatasi luapan air ketika hujan mengguyur dengan intensitas tinggi. Sehingga ini berdampak banjir lagi menimpa kawasan Kampung Ulu.
“Persoalan longsor dan banjir ini akan kami follow up ke pemerintah pusat melalui Balai Wilayah Sungai atau BWS Babel. Karena mereka (Dinas PUPRPR Babel) punya analisa bahwa harusnya ada empat kolam retensi di sekitar pusat Kota Mentok ini,” ungkapnya.
Mulai dari di Kaki Bukit Menumbing, Sungai Ciulong dan Kampung Ulu yang telah dibangun. Serta satu lagi pintu air di muara laut, lokasinya tak jauh dari Pasar Mentok. Pintu diperlukan untuk mencegah air laut meluap dan masuk ke sungai ketika terjadinya pasang air.
“Nah untuk di kolam Kampung Ulu saya sudah minta Dinas PUPRPR untuk menempatkan satu atau dua orang. Untuk menjaga dan memantau kolam ini serta merawatnya. Kolam ini, kalau kami nilai belum berfungsi maksimal juga sejauh ini,” beber Leviyan.
“Pertama kolam ini perlu perbaikan dan harus jangka panjang. Kedua harus ada tiga titik penahan air lainnya, karena di Kampung Ulu ini, kalkulasi luasnya saja cuma 1,6 hektare. Sedangkan banjir yang kerap terjadi melanda daerah ini seluas 65 hektare,” tambah Leviyan.