Penulis: Abdi Mahatma, Kendari.
Gemuruh tepukan membahana memenuhi Axiata Arena di Kuala Lumpur, Sabtu petang tadi. Aaron Chia/Soh Wooi Yik, ganda putra tuan rumah baru saja mengubur mimpi unggulan teratas asal Denmark, Kim Astrup/Anders Rasmussen dalam laga tiga game di semifinal Malaysia Master 2025.
Di final, sudah ada kompatriotnya, Man Wei Chong/Kai Wun Tee menunggu. All Mayalsian Final, tercipta. Ipin dan Upin bahkan Ato Dalang bersorak, girang. Di sudut lapangan, seorang pria yang kian menua tapi tetap penuh energi sedang tersenyum bahagia.
Namanya Herry Iman Pierngad alias Herry IP. Tangan dinginnya ternyata masih amat ampuh, memoles dan melahirkan jawara-jawara tepok bulu. Esok, kala dua pasang anak asuhnya itu bertanding berebut gelar, ia hanya akan bersantai menikmati secangkir kopi di kantin arena.
Mungkin sesekali bernostalgia ; dulu, ia pernah merayakan bersama tanah airnya, Indonesia. Februari 2025, lelaki berjuluk Coach Naga Api itu menerima pinangan Asosisasi Bulutangkis Malaysia (BAM).
Di negerinya sendiri, tempat ia pernah melahirkan ganda-ganda top dunia, ia dihiraukan. PBSI, ingin yang segar-segar dan menolak mempekerjakan pria gaek di Cipayung. Taufik Hidayat, yang kini ikut jadi pengurus memilih pelatih lain.
Herry paham, ia tak lagi diinginkan di negaranya. Sudah saatnya ia pergi sebagai seorang professional. Di negeri jiran, tangan sang Naga Api benar-benar dihargai.
Nominal kontrak bisa jadi besar, tapi bagi seorang legenda, Heryy hanya ingin membuktikan bahwa kelirulah orang-orang yang membuangnya, melupakan jasa-jasanya membesut nama-nama beken.
Semua orang tahu, The Minnion-Marcus Gideon/Kevin Sanjaya-lima tahun tak tersentuh di pucuk juara. Semua karena sang Naga Api. Di Cipayung, ganda putra Indonesia tak membaik.
Nirprestasi, gonta-ganti pasangan, Syukur-syukur sampai semi final turnamen. Amburadul. Telah lima bulan almanak 2025 berjalan, dan tak ada satupun gelar yang diraih Indonesia di berbagai kejuaraan. Malah riak-riak masalah muncul di Pelatnas.