NASIONAL – Sinterklas merupakan sosok yang sangat lekat dengan perayaan Natal dan identik dengan hadiah serta kebahagiaan bagi anak-anak. Tokoh ini dikenal luas sebagai bagian dari tradisi Natal yang berkembang melalui perjalanan sejarah panjang lintas budaya hingga saat ini.
Sinterklas berakar dari Santo Nikolas, seorang uskup pada abad keempat yang terkenal karena kedermawanan dan kepeduliannya terhadap masyarakat miskin.
Santo Nikolas lahir di Patara, wilayah yang kini termasuk Turki, dan dihormati dalam tradisi Kristen sebagai pelindung anak-anak dan para pelaut.
Kisah-kisah kebaikan Santo Nikolas menyebar luas di Eropa pada Abad Pertengahan melalui berbagai legenda yang diwariskan secara turun-temurun.
Cerita tentang kebiasaannya memberi hadiah secara diam-diam membuat sosoknya dicintai umat Kristiani jauh sebelum tradisi Natal modern berkembang secara global.
Di Belanda, peringatan Santo Nikolas dikenal dengan nama Sinterklaas dan dirayakan setiap 6 Desember, lengkap dengan tradisi pemberian hadiah kepada anak-anak. Tradisi ini kemudian dibawa oleh imigran Belanda ke New Amsterdam, yang kini dikenal sebagai Kota New York, dan turut memengaruhi budaya setempat.
Nama “Santa Claus” di Amerika berasal dari pelafalan Sinterklaas yang disesuaikan dengan bahasa dan kebiasaan masyarakat kolonial. Perpaduan budaya Eropa dan Amerika tersebut membentuk tradisi Natal baru yang terus berkembang sejak abad ke-19.
Pada abad ke-19, puisi berjudul A Visit from St. Nicholas turut mempopulerkan sosok Santa sebagai pembawa hadiah pada malam Natal. Karya sastra ini memperkuat citra Santa sebagai figur ramah yang dekat dengan dunia anak-anak dalam imajinasi masyarakat Barat modern.
Sementara itu, gambaran visual Santa modern dengan pakaian merah berkembang melalui ilustrasi media pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.
Kini, Sinterklas telah menjadi simbol global Natal yang merepresentasikan semangat berbagi, keceriaan, dan kebahagiaan bagi keluarga dan anak-anak di berbagai belahan dunia.






