Bangka BaratLokal

Sopir Ambulans di Mentok Keluhkan Pembatasan BBM, Kerap Kesulitan saat Keadaan Darurat

10
×

Sopir Ambulans di Mentok Keluhkan Pembatasan BBM, Kerap Kesulitan saat Keadaan Darurat

Sebarkan artikel ini
Ambulans di Mentok. Foto: Istimewa.
Ambulans di Mentok. Foto: Istimewa.

BANGKA BARAT – Para pengemudi ambulans di wilayah Mentok mengungkapkan keresahan mereka terhadap kebijakan pemerintah dan Pertamina mengenai pembatasan kuota BBM bersubsidi melalui sistem barcode.

Rickvan, salah seorang pengemudi mengatakan, kuota yang diberikan khususnya untuk bahan bakar jenis Pertalite hanya sekitar 40 liter per hari. Jumlah ini dianggap jauh dari cukup, terutama bagi pengemudi yang sering melakukan perjalanan jarak jauh antar kabupaten, seperti rute Mentok–Pangkalpinang.

APPLY
Scroll kebawah untuk lihat konten

“Kalau cuma 40 liter, jelas tidak cukup. Kadang dalam sehari kami bisa dua sampai tiga kali bolak-balik bawa pasien atau jenazah ke Pangkalpinang. Masa urusan kemanusiaan saja masih dibatasi,” katanya, Rabu (12/11/2025).

Rickvan menambahkan, tidak jarang dirinya harus menghadapi situasi kritis ketika bahan bakar hampir habis di tengah perjalanan. Sementara di SPBU, petugas tidak dapat memberikan kelonggaran pengisian karena terkendala sistem barcode dan aturan pemerintah.

“Pernah juga lagi bawa pasien, bensin hampir habis, tapi SPBU tidak bisa bantu karena alasan aturan kuota. Akhirnya saya terpaksa beli di eceran. Kalau lagi tidak ada yang jual, bisa repot di jalan,” ujarnya.

Rickvan menegaskan bahwa keluhannya bukan karena ingin memanfaatkan BBM subsidi untuk kepentingan pribadi. Ia menyampaikan, penggunaan bahan bakar murni untuk keperluan operasional ambulans.

“Kadang orang berpikir kami ini mau ngerit atau manfaatin BBM lebih. Coba saja dicek, saya tidak pernah bolak-balik SPBU tanpa alasan. Semua murni untuk keperluan darurat,” ucapnya.

Ia berharap pemerintah dan pihak Pertamina bisa meninjau kembali kebijakan tersebut agar lebih berpihak kepada layanan kemanusiaan seperti ambulans.

“Kami butuh solusi nyata. Bukan hanya saya, tapi banyak sopir ambulans lain juga mengalami hal serupa,” tuturnya.

error: