Bentuk bangunan masjid masih kentara menyisakan peninggalan zaman dulu, berarsitektur kuno, namun sangat kokoh.
Menariknya, di sebelah Masjid Jamik, berdiri sebuah kelenteng, yang menjadi simbol harmonisasi masyarakat Mentok.
MENTOK — Ratusan orang berbondong-bondong masuk ke dalam Masjid Jami’ Mentok, Kabupaten Bangka Barat, Jumat (20/10/2023) lalu.
Mereka adalah jemaah yang akan menunaikan shalat Jumat di masjid tertua di Bangka Barat tersebut.
Masjid itu dibangun pada tahun 1883 Masehi atau bertepatan dengan 19 Muharram 1300 H.
Sejarah mencatat, masjid itu didirikan pada masa Abang Muhammad Ali dengan gelar Temenggung Kartanegara II.
Pengamatan Sorotanbangka.com, bentuk bangunan masjid masih kentara menyisakan peninggalan zaman dulu, berarsitektur kuno, namun sangat kokoh.
Menariknya, di sebelah Masjid Jamik, berdiri sebuah kelenteng, yang menjadi simbol harmonisasi masyarakat Mentok.
Pengurus Masjid Jami Muntok Ustaz Fahmi mengatakan, masjid ini dibangun selama tiga tahun secara bergotong royong oleh masyarakat Kota Mentok.
“Sampai saat ini Masjid Jami tidak ada perubahan sama sekali, masih asli. Kecuali perubahan pada atap karena termakan usia sudah tiga kali diganti, terakhir tahun 2013,” kata Ustaz Fahmi.
Arsitektur masjid dibuat dengan perpaduan tiga budaya yakni Eropa, China dan Melayu. Menurutnya, arsitektur China ditandai atap ada tugu naga, tangga bercirikan Melayu.
Sementara tiang penyangga, pintu, jendela bentuknya arsitektur Eropa. Masjid ini memang sarat makna.
“Mulainya dari bentuk ada makna khusus yang dirangkai dan dibuat sampai sekarang, menjadi khas masjid jami ini,” ujarnya.
“Alhamdulillah, dari dulu hingga sekarang keharmonisan dua agama ini berjalan baik. Lantaran semua itu bisa dibicarakan atau dimusyawarahkan,” tambahnya.
Ustaz Fahmi mengatakan, hubungan dengan pihak kelentengsangat hangat dan terbuka.
Saat sedang azan, ujar Ustaz Fahmi, kegiatan mereka berhenti dulu dan dilanjutkan setelah jamaah di masjid salat.
Keharmonisan umat Muslim dan Tionghoa di Muntok diakui Juru Pelihara (Jupel) Kelenteng Kong Fuk Miau, Paularita.