Demikianlah wajah Indonesia hari ini yang dipertontonkan dihadapan publik dunia, setelah sekian tahun merdeka nyatanya bukan seperti inilah yang dicita-citakan dan diharapkan oleh para pendahulu bangsa, dimana hampir seluruh masyarakat merasakan ketidakpuasan terhadap pembangunan yang dirasakan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Demikian besarnya pertentangan antara harapan dan kenyataan, dengan begitu kita tidak melihat lagi pembangunan yang dijalankan dengan benar dan berefek positif bagi masyarakat, semisalnya apa yang telah tercapai dalam lapangan pendidikan, kesehatan, dalam lapangan pertanian, pertambangan. Semuanya digelapkan oleh rencana-rencana yang terlantar yang sangat merugikan negara dan penghidupan masyarakat, keruntuhan peradaban, kehancuran kemanusiaan dan kerusakan lingkungan dimana-mana lebih terang kelihatan.
Disisi yang lain bung Hatta juga menggambarkan ” bahwa dalam hal menempatkan pejabat pada suatu jabatan sering kali terjadi praktik politik balas Budi yang menjadi ukuran, bukan atas dasar orang yang tepat ditempat yang tepat. Pejabat yang tidak berpartai atau partainya duduk di bangku oposisi merasa kehilangan pegangan dan menjadi patah hati, hal tersebutlah yang dapat merusak ketentraman sosial, sehingga dapat mendorong seseorang masuk dalam partai politik bukan karena keyakinan melainkan karena ingin memperoleh jaminan kekuasaan.
Potret perpolitikan hari ini bukan satu kewajiban yang dapat kita terima dengan pasrah semata. Melihat kondisi yang terjadi bukan tanpa alasan bahwa hampir 80% partisipasi kompetisi hanya diisi oleh kelompok-kelompok yang menjalankan kolusi, semisalnya pada momentum pilkada yang diselenggarakan pada akhir tahun nanti berbagai upaya dilakukan dan ditujukan agar masyarakat dihadapkan dengan satu pilihan saja (Kotak kosong). padahal perlu kita garis bawahi bersama mengenai hal tersebut merupakan agenda-agenda yang tidak terpuji
Dengan demikian dapat dilihat dari fenomena politik akhir-akhir ini, yang hanya dapat menampilkan sebuah paradoks demokrasi yang justru dapat membahayakan masa depan bangsa, yang menjadi bahayanya ialah politik hanya dikaitkan dengan apa yang menarik untuk ditonton saja, mengingat para pejabat dan elit politik berlomba-lomba mencari yang instan. Hal-hal yang sifatnya struktural, subtansial dan fundamental justru disisihkan, lebih berbahaya lagi apabila tidak diimbangi oleh anak-anak muda yang punya atensi kebidang politik, sebagai sistem control sosial kepada pemerintah, serta tidak perbanyak advokasi dan ruang diskusi.