Janji lapangan kerja, tak pernah lagi terdengar berbunyi nyaring seperti berbulan-bulan silam di podium kampanye. Daya beli masyarakat yang lemah, sunyi dari tema. Yang unik, sidang-sidang di parlemen, tak begitu serius membahas orang-orang yang kehilangan harapan ini.
Tekanan ke kekuasaan melemah. Oposisi yang seharusnya menjadi kekuatan penyeimbang justru tenggelam dalam kebisingan yang ganjil. Mereka sibuk membongkar masa lalu yang tak mengubah hari ini. Tivi-tivi malah mengajak “kontra” kekuasaan membahas ijazah. Hal yang sebenarnya tak sama sekali produktif untuk dibicarakan saat ini.
Justru energi malah tersedot ke urusan remeh. Publik malah dicekoki tontonan tak bermutu. Lisa Mariana.
Michel Foucault, seorang filsuf dan aktivis politik asal Prancis menulis bahwa kekuasaan yang paling berbahaya bukan yang memaksa kita diam, tapi yang berhasil membuat kita bicara soal yang tak penting.
Sampai disini paham kan, kenapa kita lebih sibuk membahas ijazah, Lisa Mariana hingga Lesti Kejora yang tiba-tiba lagunya dipersoalkan. Sedangkan ribuan orang yang terkena PHK itu, bukan bahasan utama. Begitulah cara kekuasaan modern. Ia tak selalu hadir dengan ancaman dan intimidasi seperti era gelap Orde Baru.
Caranya lebih halus dalam mengontrol wacana, dan menyusun apa yang boleh diperbincangkan. Saat oposisi sibuk dengan narasi remeh, maka kekuasaan bisa melaju tanpa koreksi. Ia tak perlu membungkam siapa pun, cukup membiarkan orang sibuk membicarakan yang salah.